Kamis, 28 Maret 2013

Ma, just wait me to make you smile again


Mama, mama adalah ibu yang luar biasa buatku. Bangun setiap pagi sebelum kami terbangun, mencuci, membersihkan rumah, dan ketika kami terbangun, sarapan hangat sudah tersaji di meja tempat kita berkumpul. Ketika kami bersiap pergi; sekolah dan berkerja, suara teriakan kami bergumandang di setiap sudut ruangan, "sepatuku mana, kaos kaki papa mana, bekal kami mana", kau menyiapkan dengan sigap... meski dengan omelan kesal. Hhh...tapi kau tetap memberikan semuanya, mengabdikan semua jiwa dan ragamu untuk kami, untuk keluarga kecilmu.

Saat kami semua memulai aktivitas, rumah sepi, tak ada lagi keributan, tak ada lagi teriakan menggerutu. Sejam, dua jam, tak masalah, kau membiarkan kakimu menjelujur di sofa. Istirahat sejenak. Kemudian melanjutkan pengabadianmu. Siang datang, kami masih sibuk dengan rutinitas. Seketika aku teringat pertanyaan yang selalu ingin aku lontarkan, "Seberapa bosan Ma?". Seringkali kau menjawab dengan gerutu.... "Ya bosan, coba kamu bayangin, mama bangun jam 3 subuh dan... lalu... cerita pun berlanjut, dua menit, tiga menit, lima menit, kau tak berhenti bicara. Mmm.. senyumku sambil berucap "Bicara monolog lagi" dan berkata dalam hati "Mama cerewat". Namun ku biarkan mama terus bicara, ku biarkan ia curahkan semua keluh kesah. Aku mengerti mengapa mama pergi dengan ibu-bu tetangga, dari posyandu, pengajian sampai arisan Wara-wiri, dan mama juga paling senang mengajakku ke pasar Mayestik, sekedar membeli kerudung atau bahan kain yang sudah menumpuk di rumah bude Sri, mbak jahit langganan.

Love you mom, 
I love you today , more than yesterday, but not as much as tomorrow


The mother heart's is the child's' schoolroom

Ma, jika aku ditanya mau jadi apa... aku pasti menjawab ingin berkerja seperti mama, ibu rumah tangga, perkerjaan paling mulia selain guru, pekerjaan paling sulit karena membutuhkan kesabaran. Aku tidak tahu apa aku mampu sehebat mama yang membagi waktu dengan baik. 

Doain ya Ma semoga cita-citaku tercapai tanpa mengurangi waktuku bersama keluarga, seperti waktu yang kau berikan sepenuhnya untuk kami. Cita-cita yang dapat menciptakan senyum di bibirmu, cita-cita yang menjadi buah bibir manis di setiap teman-teman dan keluarga, cita-cita yang dari sanalah aku bisa membelikanmu pemberian kecil sebagai balas jasamu yang besar. Just wait a second mom, to make you smile again and again.

Au revoir, Mr. Sandman

Sempurna

Senang, sedih, marah dan gembira. Banyak sekali ekspresi yang Tuhan ciptakan, saya sendiri suka dengan semua ekspresi. Yaa... dibanding tidak merasa apa2. Toh lebih baik marah daripada datar. Senang tidak, sedih pun tidak. Bagi saya mengenal diri sendiri itu lebih sulit dibanding mengenal teman baru. Saya masih belum kenal betul watak dan karakter saya. Padahal saya sudah berumur 22 tahun tapi masih butuh waktu lama untuk mengenal pribadi sendiri. Masih plin-plan. Ibarat layang-layang putus tak tau hendak terbang kemana. Saat berbuat terlalu baik, jadi seperti orang bodoh yang agak naif. Saat berbuat buruk, merasa bersalah berlebihan. 

Saya selalu berpikir mau yang serba sempurna. Teman saya berpendapat : "Tapi mana ada, mana bisa manusia jadi makhluk yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik-Nya". Lucu karena di lain sisi saya juga mendengar ungkapan, "Manusia adalah makhluk yang sempurna". 

Sempurna itu saling melengkapi

Coba kita cari sebenarnya apa arti sempurna. Dulu saya selalu berpikir kalau kata sempurna selalu berkaitan dengan hal yang baik-baik saja. Cantik itu sempurna, pintar itu sempurna, rapi pun sempurna. Padahal kalau tidak ada jelek, si cantik tidak akan dijuluki cantik, kalau tidak ada si bodoh, si pintar juga tidak mendapat predikat pintar.

Teringat akan buku yang pernah saya baca. Rumah kita bersih berkat adanya tempat sampah. Jadi berkat ada tempat yang paling kotor maka tercipta ruangan yang paling bersih. 

So, saya tidak mau mencari tahu apa saya baik atau buruk. Jalani dengan jujur. kalau memang niat saya  tulus, pasti akan menghasilkan buah kebaikan. Kalau memang belum sempurna, pasti akan ada seseorang yang menyempurnakan karena sempurna saling melengkapi.

Au revoir, Mr. Sandman.