Minggu, 15 April 2012


Sepucuk surat dan Nona


Seorang anak perempuan menangis di pangkuan ibunya. Kemudian dia memuntahkan perasaannya, "Takut", itulah jerit tangis yang keluar dari anak perempuan berambut hitam kecokelatan.  Karena merasa lelah, dia diam sejenak,  hanya sejenak, tidak lebih! ketika hendak tertidur, dengan mata setengah terbuka,  ia kembali membuka mata dan mencari ibunya. Belum genap jarum jam menginjakkan kaki di menit ke delapan, sang ibu sudah berlari, berlari dengan alunan langkah air mata, berlari meninggalkan anak yang hanya mengenal rasa takut di balik keranjang tanpa sebuah nama. Anak itu belum genap 6 bulan!! Anak itu belum mengenal panggung sandiwara dan anak itu sendirian di depan pintu bertuliskan... Entahlah, bahkan dia tidak bisa membaca tulisan itu! 


Setelah berteriak-teriak memanggil ibunya, dia kembali lelah, dia lelah dengan permainan yang Tuhan kirimkan untuknya. Pipinya mulai memerah, hampir mengalahkan merah buah tomat yang dimakan ibunya tadi pagi. Rambutnya yang sedikit ikal menutup muka bantal, bantal kecil dengan sepucuk surat. Surat? bahkan anak ini tidak tahu ada sepucuk surat peninggalan ibunya. Sepucuk surat dengan goresan tinta penentu nasib! Lantas apa yang ia tahu? ketakutankah karena matanya belum menemukan jemari hangat yang mengelus pipinya delapan menit lalu? atau perasaan kosong karena sudah lelah menangis? Perlahan dia mulai mengerutkan dahi, menggigit bibir merah mudanya dan memasukkan jemari kecilnya dibalik baju kodok kegemarannya. Tak seorangpun  menyadari kehadiran sebuah keranjang di depan pintu bertuliskan The orphanage. Yah... memang tak satupun suster yang terbangun di sepertiga malam. Seakan hujan turun di padang pasir, anak itu merasa waktu mempermainkan taman bermainnya. Jarum jam kemudian tersenyum dengan langkah yang semakin melambat. Merasa waktu berjalan lambat, dia kembali menutup mata mengantuk. Dan akhirnya si kecil keturunan Irlandia itu dapat melupakan rasa lelahnya walau hanya sesaat. Lantas apa yang dilakukan seorang anak keturunan Irlandia di kota kelahiran Laksamana Laut R.E, Martadinata? Sebuah kota yang terkenal dengan lautan api-nya. Lautan api yang kini menghiasi hatinya yang perlahan menghitam.

Itulah memori menakutkan seorang anak keturunan Irlandia bernama Nona. Seorang gadis berumur 9 tahun 4 bulan. Mungkin 4 bulan atau mungkin lebih! Bahkan dia tidak tahu kapan, dimana dan kenapa dia lahir. Suster Marta yang memperkirakan umurnya. Sembilan tahun lalu di depan pintu menjadi hari perayaan ulang tahunnya! (...)